
Surabaya (shautululama) —Kyai Abul Wafa Romli hadir memberikan pesan penting pada Multaqo Ulama Jawa Timur, Ahad (5/1/2024). Beliau menyitir surat Al-Maidah ayat 2: Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
“Kita telah mengerti bahwa demokrasi sistem kufur. Karena hukum yang diterapkan dari sistem kufur. Berkaitan dengan hukum yang harus dijalankan pemerintah. Sistem ekonomi kapitalis liberal. Ini juga kufur. Sistem pendidikan sekuler. Sistem pergaulan jelas sekali membolehkan ikhtilat, pacaran, dan zina di tengah pelajar,”ungkapnya di agenda bertema” Kado Tahun Baru, Kenaikan PPN 12%, Berkah Atau Musibah. Bagaimana Dalam Islam? ”
Kyai Abul Wafa mengajak berfikir standar pajak boleh atau tidak. Kemudian menyitir Al-Baqarah: 257: Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang kufur, pelindung-pelindung mereka adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan mereka (orang-orang kafir itu) dari cahaya menuju aneka kegelapan.
Tambahnya, “Pajak dalam sistem demokrasi itu menyengsarakan. Membuat orang susah. Itu artinya mengeluarkan dari cahaya menuju ke gelapan. Awalnya pajak dalam demokrasi itu dari cukai. Seperti sabda Rasulullah tidak masuk surga penarik pajak.”
“Satu sepeda motor dikembangkan menjadi dua pajak. Padahal pemungut cukai jelas tidak masuk surga, ada di neraka. Penarik cukai itu dosanya lebih besar daripada pezina,”ujarnya tegas mengingatkan.
Hal senada disampaikan Gus Tuhu terkait pajak yang benar-benar menyengsarakan. Faktanya menyengsarakan pajak itu membebani. Ini sesuai dengan doa nabi:”Ya Allah siapa yang diberikan kepercayaan mengelola sesuatu. Kemudian mereka membebani maka susahkanlah.”
“Beban kepada masyarakat itu banyak. Paling utama itu pajak. Celakanya pajak yang menjadi beban itu banyak varian. Turunannya juga macam-macam,”imbuhnya.
“Fakta pajak sebagai beban bukan hal sulit diuraikan. Siapapun bisa merasakan beban pajak. Justru yang menjadi beban itu rakyat banyak. Kecuali rakyat sedikit buat orang level atas mendapatkan tax amnesty,”ujarnya heran.
Untuk mengabarkan beban berat rakyat, kata Gus Tuhu, itu mudah. Meski PPN 12% untuk barang mewah, padahal bisa kena barang-barang terkategori mewah sudah terbiasa dipakai masyarakat. Dalam perdagangan setiap pemerintah menaikkan pajak akan dibebankan kepada konsumen. Alhasil terjadi efek domino.
“Sudahlah yang sebelumnya tidak pernah diselesaikan, maka ditambah lagi. Ini adalah pilihan sistem kapitalis. Aneh negeri mayoritas muslim memilih kapitalis, padahal ada sistem Islam yang tidak membebani,”bebernya.
Ulama yang hadir pun mendorong umat untuk melakukan perubahan. Momentum mencerdaskan dan membangunkan umat untuk mengambil Islam. Sistem yang menyelamatkan kehidupan di dunia dan akhirat. Acara ini berlangsung lancar dan khusyuk. Pencerahan semakin memberikan pencerdasan bagi yang menyaksikan.[hni]