Khilafah Ajaran AswajaKhilafah Bisyaroh RasulullahKhilafah Janji AllahMultaqa Ulama Aswaja Manhaji

Nasehat Multaqa Ulama Aswaja Se Nusantara Untuk Pemimpin Baru dan Kita, Terapkan Islam Kaffah

Jakarta, (shautululama) -Alhafidz KH Ali Bayanullah menyampaikan nasehat penting pada Multaqa Ulama Aswaja Se-Nusantara, Sabtu (19/10/2024). Beliau menekankan kembali tugas ulama memberi edukasi kepada umat dan masyarakat.

“Tentukan mana langkah-langkah penguasa yang situ jelas-jelas melenceng. Kalau sudah jelas melenceng, maka wajib bagi kita untuk menashati. Mudah-mudahan kita sebagai para ulama mengikuti langkah-langkah ulama-ulama tabiin yang berani terus terang,”ujarnya pada Multaqa Ulama dengan tema “Menyongsong Indonesia Baru, Buang Komunisme Tinggalkan Demokrasi Saatnya Hadir Pemimpin Amanah”

Kepada Pak Prabowo Subianto, lanjut KH Ali, mengingatkan untuk mengganti undang-undang dengan hukum Allah SWT. Karena hanya dengan aturan Allah-lah engkau akan selamat, rakyat akan selamat, dan sejahtera.

Pada kesempatan yang sama, Abah Narko Abu Fikri (Ulama Aswaja Jogjakarta) mengingatkan peran umat Islam. Termasuk ajakan keturunan di kesultanan dan keraton untuk berjuang menegakkan Islam. Selain itu, Abah Narko menilai saat ini umat jauh dari Islam yang pemimpin tidak bisa lagi diharapkan.

“Jadi kalau ingin memperbaiki umat, maka nafasnya dengan Islam, bukan sekuler, kapitalis, apalagi komunis,”ujarnya menyerukan.

Abah Narko mengungkapkan bukti sejarah kodifikasi hukum Islam yang masih tersimpan di Keraton Yogyakarta. Kumpulan itu bernama Serat Angger-Angger. Penerapan Islam itulah yang seharusnya diadopsi pemerintah saat ini.

“Saya yakin kalau semua bergerak, ulama bergerak, keturunan keraton bergerak, serta merapatkan barisan, mudah-mudahan Allah memberikan pertolongan,”ajaknya.

Buya Rozi memberikan gambaran yang penting jika saat ini muncul wacana tidak ada hubungan Indonesia dengan khilafah. Pada akhirnya umat Islam di negeri ini akan mudah melepaskan identitas keislamannya.

“Bahkan ada yang melawan pemikiran dan ideologi Islam. Sebab mereka merasa Islam tidak memberikan kontribusi bagi Indonesia. Tentu ini sangat berbahaya bagi kelangsungan Islam dan kaum muslimin di negeri ini, bahkan sangat berbahaya juga bagi kelangsungan Indonesia,”ungkapnya.

Terbukti, lanjut Buza Rozi, menegaskan bahwa sejarah Islamlah yang menjadi ruh utama dalam perjuangan melawan tiap-tiap bentuk penjajahan. Buktinya Sultan yang dikenal dengan Sultan Abdul Jalil, Kesultanan Melayu yang berada di Sumatera. Beliau tokoh penting yang memberikan sumbangan besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa awal kemerdekaan, Sultan Siak menyumbang dana yang sangat besar sebesar 13 juta Golden. Jika dikonversi ke nilai rupiah itu setara dengan 1000 triliun untuk membantu modal pembangunan negara Indonesia yang baru merdeka.

“Pendek kata, hubungan Khilafah dengan Nusantara melalui Kesultanan telah mencerahkan negeri ini dengan Islam. Islam juga menjaga Negeri Ini dari perbudakan penjajahan melalui semangat jihad fisabilillah, serta mengokohkan jati diri bangsa,” paparnya.

“Oleh karena itu para alim rahimakumullah, para guru, para alim ulama, mari kita bercermin pada sejarah. Lalu kita berjuang untuk Islam, berjuang untuk umatnya dan untuk umat manusia umumnya. Dan Islam kembali berjaya dengan tegaknya khilafah,” ajaknya menggebu.

Acara ini mendapat sambutan hangat dari ulama se-Nusantara. Harapannya jelas, ulama ingin menjadi garda terdepan amar ma’ruf nahi munkar. Serta menjadi lokomotif perubahan.[hn]

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button