Jakarta, (shautululama) —KH Rokhmat S. Labib, Sabtu (19/10/2024) menyatakan pertemuan dalam Multaqa Ulama Se-Nusantara untuk merespon (pelantikan pemimpin baru). Sebagian menyambut dengan senang, karena memang pemimpin yang selama ini ada banyak menyakiti hati umat, melakukan tindakan-tindakan yang mengkhawatirkan.
Kehadiran KH Rokhmat S Labib pada Multaqa Ulama Se-Nusantara dengan tema “Menyongsong Indonesia Baru, Buang Komunisme Tinggalkan Demokrasi Saatnya Hadir Pemimpin Amanah”, menambah nuansa hangat dan semangat.
KH Rokhmat menilai kepemimpinan sebelumnya dikenal sebagai politik dinasti yang mewariskan kepada anak. Sebenarnya si anak tidak memiliki kemampuan untuk memimpin. Padahal kepemimpinan itu memerlukan kecakapan dan keahlian. Namun, beliau menanyakan, apakah kemudian pemimpin yang baru akan berikan harapan baru ataukah pemimpin yang baru tidak jauh berbeda dengan sebelumnya?
Dalam pandangan Islam, KH Rokhmat menyatakan paling penting pemimpin justru melaksanakan hukum-hukum Allah. Karena yang memiliki hak untuk memerintah dan melarang manusia adalah Allah SWT dalam bentuk hukum syara’.
Sebagaimana pesan takwa dalam setiap khutbah berupa tunduk kepada perintah Allah dan meninggalkan yang dilarang.
“Tidak ada di dalam poin takwa itu buatlah perintah sendiri. Buatlah larangan sendiri. Jika itu bertentangan dengan perintah Allah abaikan saja. Jangan perhatikan atau perintah Allah itu hanya berlaku untuk salat, puasa, zakat. Untuk urusan ekonomi kita lebih tahu tentang urusan kita mari kita buat aturan sendiri, kan tidak begitu,” tandasnya
Takwa itu, lanjut Kyai Labib, secara jelas adalah tunduk patuh kepada syariat-Nya tanpa
Terkecuali. Secara faktual Allah dalam qur’an dan hadits nabi tidak hanya memberikan hukum untuk individu, tapi juga terkait hukum bagi pezina.
Keberadaan pemimpin menjalankan aturan dan menerapkan hukum Allah. Termasuk urusan kemaslahatan memberikan makan, tempat tinggal, dan pendidikan. Andai pemimpin memberikan kesejahteraan tapi tidak dengan hukum Allah, maka umat wajib menolak. Poin penting dari kepemimpinan menerapkan hukum Allah.
“Maka maka bagi seorang mukmin itu gak ada artinya apapun yang dilakukan, kalau hukum Allah ditinggalkan apalagi dua-duanya. Sudahlah hukum Allah tidak dikerjakan yang dilakukan justru menyengsarakan rakyat. Bukan memberikan makan, bukan memberikan tanah, tanahnya malah dirampas, bukan memberikan uang tapi justu memalak rakyat dengan berbagai macam aneka pajak,” tuturnya geram.
Lanjutnya, “Sebenarnya kalau kita lihat Rasulullah SAW menjadikan kekuasaan itu yang menolong (Sulthonan Nashira). Kekuasaan untuk menerapkan hukum Allah. Bahkan ketika Rasul mengangkat pemimpin bukan yang ditanyakan apakah akan membuat jalan dan memberikan makan gratis, karena itu memang tugas pemimpin, tapi menanyakan apa yang akan diputuskan hukumnya. Tentu beliau menyeru dengan kitab Allah.”
“Dan inilah seharusnya yang dibawa dan disampaikan oleh para ulama yang menjadi penuntun umat. Sehingga umat itu tahu siapa yang harus ditaati dan tunduk. Selama umat ini tunduk kepada pemimpin (yang tidak menegakkan hukum Allah), maka Kitabullah tidak akan pernah tegak di muka bumi. Sesungguhnya tegaknya hukum Allah hanya terjadi ketika manusia dengan sukarela menerapkan hukum Allah SWT dan itu ada pemimpinnya,” serunya.
Seruan penting dari KH Rokhmat ialah ulama untuk menuntut umat dengan menunjukkan yang hak itu hak dan yang bathil itu bathil. Serta ajakan perjuangan menegakkan khilafah yang akan menerapkan hukum Allh SWT. Seruan ini harus disampaikan kepada umat agar rindu penerapan syariah Islam dalam kehidupan.[hn]