Magelang, Jateng (Shuatululama)—Ulama Aswaja merespon kepemimpinan baru Indonesia. Banyak yang berharap untuk perubahan. Menjadi pertanyaan besar, akankah mampu menghadirkan kepemimpinan amanah dan membebaskan Palestina? Acara Multaqa Ulama Aswaja Kedu Raya, Ahad (17/11/2024). Dari pertemuan akbar tersebut, dihasilkan beberapa poin-poin penting pernyataan sikap sebagaimana yang diterima redaksi shautululama.co
Bismillahirrahmanirrahim
Pernyataan sikap ulama Aswaja pada Multaqo Ulama Aswaja daerah Kedu Raya dengan tema menyongsong “Tata Dunia Baru Saatnya Tampil Pemimpin yang Amanah yang Siap Membebaskan Palestina”.
Bangsa Indonesia kini memiliki pemerintahan baru presiden dan wakil presiden yang terpilih melalui pemilu pada Februari yang lalu telah dilantik. Menyusul DPR yang telah dilantik sebelumnya. Pemerintahan model trias politika ala demokrasi yang akan terbentuk. Di mana pemerintahan tersebut akan menerapkan sistem kapitalisme demokrasi Amerika Serikat atau sistem sosialisme komunisme.
Apabila condong ke Cina kedua sistem tersebut pernah dan tengah diterapkan oleh pemerintah yang terbentuk sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia dan dua sistem tersebutlah yang mengakibatkan rusaknya tatanan sosial bangsa Indonesia. Moral generasi bangsa rusak dan menipisnya kekayaan alam Indonesia. Terancamnya kesatuan dan kedaulatan bangsa Indonesia tercengkeramnya Indonesia oleh asing dan Aseng, serta kerusakan-kerusakan lainnya. Setali tiga uang nasib saudara kita di Palestina hari ini juga belum menunjukkan adanya perbaikan. Namun demikian yang jadi justru jauh dari harapan saudara kita di Palestina masih terjajah. Pada saat yang sama Islam dan umat Islam masih dianggap sebagai pihak yang mengancam dan membahayakan Indonesia. Islamofobia masih dijadikan sebagai penghias pikiran umum.
Oleh karena itu, pada momentum ini kami para Ulama Aswaja melalui Multaqa Ulama Aswaja Daerah Keduraya menyampaikan nasihat sebagai berikut:
Satu, bahwa kepemimpinan adalah amanah, artinya siapa saja yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan harus menjalankan tugas pelayanan atau riayah dan bertanggung jawab terhadap kepentingan hajat hidup seluruh rakyat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawabnya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari)
Menyia-nyiakan amanah akan berakibat kehinaan dan penyesalan di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam kepada Abu Dzar Al-Ghifaritak diangkat sebagai pejabat. Kamu ini lemah untuk memegang jabatan. Padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ialah kehinaan dan penyesalan kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan hak dan melaksanakan tugas dengan benar.
Dua, bahwa terbentuknya pemerintahan baru tidak bisa diharapkan mampu mewujudkan tujuan nasional, apabila sistem yang diterapkan adalah kapitalisme demokrasi atau sistem sosialisme komunisme. Sebab keduanya telah terbukti tidak mampu menjadikan negeri dan bangsa Indonesia lebih baik, tetapi justru mengakibatkan negeri dan bangsa yang kaya sumber daya alam ini menuju setakflasi bahkan mengarah untuk menjadi negara gagal.
Tiga, bahwa roh negeri dan bangsa Indonesia adalah Islam, artinya wilayah negeri dan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke sebagian besar kalau tidak bisa dikatakan semuanya adalah bekas wilayah kesultanan-kesultanan Islam. Sumbangsih para Sultan dan penguasa kaum muslimin untuk Indonesia tidak ternilai dan bahkan tidak tergantikan. Dan kesultanan-kesultanan tersebut sangat erat sekali hubungannya dengan kekhilafahan Utsmani yang notanya adalah negara Islam atau Daulah Islamiah.
Empat, bahwa merupakan sesuatu yang termasuk tidak beradab, brutal, tidak tahu diri, dan tidak tahu rasa berterima kasihserta ah historis. Jikalau menjadikan umat Islam dan Islam syariat Islam dan Khilafah Islam sebagai musuh dengan adanya sikap islamofobia dan radikalisme.
Lima, bahwa rumah besar bangsa Indonesia adalah Khilafah Islamiah bukan demokrasi kapitalis, bukan sosialis komunis. Khilafah Islamiyah akan mengantarkan Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia menjadi negara adidaya, daulatul Ula di dunia menggeser kedudukan Amerika Serikat, Eropa, Rusia, dan Cina.
Enam, bahwa Sudah saatnya bangsa Indonesia menyongsong masa depannya dengan kepemimpinan yang amanah dalam sistem yang sahih yaitu Khilafah Islamiah, yang dengannya akan mampu membebaskan Palestina dan negeri-negeri muslim yang terjajah dengan jihad.
Tujuh, saatnya memenuhi seruan Allah subhanahu wa taala dan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam agar kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, keamanan, kesejahteraan, dan kemakmuran di dunia ini terwujud. Serta keselamatan dan kebahagiaan di akhirat dapat dirasakan sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendindingi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadanyaalah kalian akan dihimpunkan.
Magelang, Ahad 15 Jumadil Ula 1446 Hijriah / 17 November 2024.
Semoga Multaqa Ulama ini memberikan kebaikan dan perbaikan untuk Indonesia.[hn]