Khilafah Ajaran AswajaKhilafah Bisyaroh RasulullahKhilafah Janji AllahMultaqa Ulama Aswaja Manhaji

Nasehat Multaqa Ulama Aswaja Jabar, Hentikan Tapera, Hentikam Berbagai RUU Dzalim, Hentikan Konten Amoral dan kekerasan di Kurikulum Pendidikan

Bandung, Jabar (shautululama) – Forum Ulama Aswaja (FUA) Jawa Barat kembali menyelenggarakan pertemuan para Ulama se-Jawa Barat dalam rangka merespon berbagai kebijakan yang zalim dan merusak moral generasi negeri ini. Acara digelar pada Sabtu, 29 Juni 2024 di tayangkan melalui Channel Youtube Ar-Rayah TV dan Teleconference via Zoom Meeting, kegiatan ini mengangkat tema “Tapera, Berbagai RUU Zalim, Konten Kekerasan Dan Cabul Di Kurikulum Pendidikan, Demontrasi Kedzaliman Dan Penghancuran Moral Ala Demokrasi”. Selain dihadiri oleh jemaah dari berbagai kota di Jawa Barat secara offline, kegiatan ini dihadiri secara online oleh ulama-ulama Jawa Barat yang mewakili tiap kabupaten maupun kota.

“TAPERA akadnya adalah qord (pinjaman), jadi tidak boleh mengambil keuntungan(riba). Begitu pula bagi yang menyimpan tidak boleh ada hadiah. Rumah itu bukan bay istisna’, tapi ada dulu baru bisa dicicil. Inilah bentuk pemaksaan mengambil uang rakyat untuk menutupi pembengkakan kebutuhan pada megaproyek lainnya, seperti IKN” demikianlah diungkap KH Ali Muslim, Ulama Aswaja dari Bandung Barat yang menjelaskan mengenai fakta kebijakan TAPERA.

Menurut Ajengan Acep Muhyiddin (Ulama Aswaja Kabupaten Sumedang), kebijakan TAPERA merupakan wujud berlepas-tangannya negara untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam menjamin kebutuhan sandang, pangan dan papan. “Sebaliknya negara malah membebankan tanggung-jawab tersebut kepada rakyat.” Ungkapnya.

Selaras dengan hal itu, Ust. Budi Saifullah (Ulama Aswaja Jawa Barat) mengutarakan bahwa fenomena dikebutnya berbagai RUU zhalim, seperti RUU Kementrian, RUU TNI, RUU Polri, RUU MK, dan RUU Penyiaran memiliki potensi bahaya karena membuat rezim penguasa akan mampu mengontol TNI, Polri, untuk melakukan kebijakan yang otoriter tetapi pada saat yang sama terus menggunakan topeng popularitas dengan memberi berbagai bantuan sosial. Dan berpotensi membungkam suara kritis dari masyarakat dan media massa.

Mengenai masuknya konten kekerasan dan cabul dalam kurikulum pendidikan, Kyai Dadang Suprianto (Ulama Aswaja Kab. Bandung Timur) mengungkapkan bahwa fenomena tersebut tidak terlepas dari labilnya perumusan kurikulum yang dijalankan dalam sistem pendidikan saat ini. “Kurikulum merdeka yang merekomendasikan buku-buku sastra untuk meningkatkan literasi dan numerasi justru menyisipkan konten pornografi sehingga menjadi penyebab rusaknya moral generasi” Tuturnya.

Padahal dunia pendidikan memiliki peran sentral dalam menopang peradaban. Sebagaimana diungkapkan oleh Ajengan Taofik Andi, Ulama Aswaja asal Cianjur yang mengatakan, “Dalam peradaban manapun, pendidikan menjadi bagian utama yang membentuk SDM untuk berperan dalam politik maupun ekonomi. Begitupun Islam telah meletakan pendidikan sebagai pilar penyangga agar tsaqafah Islam terjaga di tengah-tengah Umat.” Pungkasnya.

Kyai Basyir Abu Haniy, Ulama Aswaja asal Kota Bandung menuturkan bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber syariat umat Islam tidak dapat diterapkan kecuali melalui Khilafah. Keduanya merupakan warisan Nabi SAW yang harus diperjuangkan Ulama. “Ada 3 warisan yang ditinggalkan Rasulullah SAW, pertama adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, kedua adalah Khilafah dan Ketiga adalah Ulama yang memiliki peran penting melanjutkan tugas para nabi, melakukan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah umat.” Tegasnya.

Menutup kegiatan Multaqo Ulama Aswaja Jawa Barat ini, KH. Muhammad Fuad menegaskan peran Islam sebagai solusi pemenuhan kebutuhan rumah bagi umat diantaranya dengan cara, negara menciptakan iklim ekonomi sehat, larangan riba pada jual-beli rumah, menghilangkan penguasaan lahan oleh korporasi dan bisa juga dengan memberikan lahan kepada rakyat. Disamping itu, fenomen dikebutnya berbagai RUU zhalim akan mengarahkan negara ke rezim populisme otoriter. Sedangkan masuknya konten porno pada kurikulum pendidikan adalah bentuk kerusakan yang bersamaan dengan TAPERA sebagai dampak penerapan demokrasi-sekular.

Oleh karena itu, perjuangan mewujudkan Khilafah Islamiyyah menjadi kebutuhan mendesak saat ini. “Hanya dengan Khilafah negeri ini berpotensi sebagai daulah al-ula fil Alam.” Tandasnya. Wallahu A’lam.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button