
Probolinggo, Jatim (Shautululama) – Terkait kebocoran data Nasional yang terjadi dalam tubuh Kementrian Kominfo, Pengasuh MT (Majlis Taklim) Raudlatul Jannah Probolinggo Kyai Mas Ihwan Affandi mengatakan pemerintah dalam hal ini seakan membangun opini bahwa kebobolan data yang terjadi pada sebuah negara itu lumrah terjadi di beberapa negara maju.
“Seolah-olah mereka membangun suatu opini bahwa sesungguhnya ini adalah sesuatu hal yang lumrah terjadi di beberapa negara, mereka menyebut Menkominfo Budi Ari Setiadi dalam rapat kerja dengan komisi 1 DPR-RI mengatakan bahwa serangan ransomware merupakan kejadian yang juga dialami di negara-negara maju,” ungkapnya dalam Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Masihkah Demokrasi Bisa Bertahan? Impor Ribuan Dokter LN dan Kebocoran Data Nasional, Selasa (23/7/2024) di kanal Youtube NgajiProID.
Beliau katakan bahwa pemerintah menyebut lumrah terjadi karena mereka membandingkan dengan negara-negara maju yang lain seperti di Amerika, kejadian hal seperti ini harus dimaklumi karena pada hakikatnya di negara-negara yang lain pun terjadi hal-hal seperti ini. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pemerintah tidak mau disalahkan, acuh dan saling melempar tanggungjawab.
“Mereka membandingkan bahwa di Amerika terjadi serangan ransomware seperti ini mencapai 40,34%, di Kanada terjadi serangan seperti ini mencapai 6,75% yang di mana menghambat kesehatan dan pendidikan di sana, sedangkan di Indonesia hanya 0,47%,” tandasnya.
Maka beliau menegaskan bahwa harusnya pemerintah bertanggung jawab dan meminta maaf atas kesalahan yang terjadi karena hal itu merupakan bentuk kegagalan dari pemerintah dalam mengelola negara Indonesia.
“Dengan serangan cyber ransomware kepada PDN merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam mengelola negara Indonesia, alih-alih mereka bertanggung jawab, alih-alih mereka melakukan insaf atau melakukan tindakan minta maaf kepada warganya, mereka seperti biasanya ketika ada suatu permasalahan mereka langsung ngeles atau mencari beribu-ribu alasan untuk membenarkan kejadian dan mencari simpati dan dukungan dari warga Indonesia,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia meminta kepada pemerintah agar seharusnya sifat atau sikap yang muncul dari seorang pemimpin ketika ada suatu masalah, maka mereka langsung mengakui dan insaf dan merasa takut kepada Allah subhanahu wa taala seperti yang terjadi saat pemerintahan Umar ibn Khattab.
“Kalau kita melihat sejarah Islam bagaimana ketika Khalifah Umar Bin Khattab melihat ada jalan yang berlubang, kemudian Umar Bin Khattab langsung memperbaiki jalan tersebut dan memerintahkan warganya untuk segera memperbaiki hal tersebut, Umar Bin Khattab mengatakan, saya harus memperbaiki jalan yang rusak ini, karena saya takut nanti akan dimintai oleh Allah subhanahu wa taala khawatir ada yang terjatuh hingga seekor satu unta pun nanti yang akan terjungkal dalam jalan ini,” pungkasnya. [] Muhriz