
Semarang, Jateng (Shautululama) – Ahad, 21 juli 2024 digelar Multaqo Ulama Aswaja Semarang yang mengambil tema “Tapera, Kurikulum Cabul dan Kekerasan Ancaman Generasi, Indikasi Demokrasi Gagal Total” di Ma’had Al Utrujjah, Tlogo Mulyo Semarang.
KH. Nashrudin menjelaskan kerusakan demokrasi dan sudah seharusnya ditinggalkan umat Islam.
“Kapitalisme itu paham. Sebuah paham tidak akan efektif jika tidak ada sebuah institusi yang mengawalinya, maka institusinya adalah demokrasi. Demokrasi adalah sistemnya sementara sekuler dan kapitalisme adalah ide dan gagasannya”.
Lanjut beliau, ketika orang punya ide dan gagasan kalau tidak punya alat untuk membuktikan dalam kenyataan tidak memberi pengaruh apa-apa. Tapi orang punya alat namun tidak punya konsep bagaimana menggunakannya juga tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Tapi kalo dua-duanya dipakai dengan paham kapitalisme kemudian demokrasi sebagai barang tunggangannya untuk mencapai tujuan yang bernama Kapitalisme, maka rakyat akan menjadi korban. Bahkan orang yang cocok atau tidak cocok akan digulung habis oleh dua hal. Yang pertama paham atau isme dan kedua adalah institusi yang mengusung dan menjadi kendaraan dari sebuah paham tersebut. Ujarnya.
Kapitalisme sekularisme yang diterapkan saat ini adalah sebagai ummu jaroim (induk segala kejahatan). Oleh karena itu, perlu bagi generasi saat ini di install pemikirannya dengan Islam serta diperjuangkan dalam kancah kehidupan. Ujarnya
Sedangkan K.H. Muh. Ainul Yaqin Khilafah sebagai warisan Rasul sudah jelas. Jika dilihat di negeri ini, berpotensi besar menjadi tempat untuk mengawali kembali kehidupan islam dengan tegaknya Khilafah Islamiyah. Dilihat dari potensi dari kekayaan alam disamping dalam perjalanan sejarah kehidupan islam yang belum memimpin dunia dalam arti di depan adalah umat islam yang ada di belahan timur.
Yang jelas secara potensi negeri indonesia sangat potensial. Contohnya kekayaan alamnya, dimana kalao kakayaan alam negeri ini dikelola dengan aturan Alloh SWT maka akan menjadi kekuatan besar. [WSR]