Bandung (shautululama) – Forum Ulama Aswaja (FUA) Jawa Barat kembali menyelenggarakan kegiatan Multaqa Ulama Aswaja se-Jawa Barat dalam rangka merespon perubahan para pemangku jabatan politik melalui suksesi kepemimpinan rezim baru 20 Oktober 2024.
Kegiatan yang diselenggarakan secara offline ini, mengangkat tema “Menyongsong Indonesia Baru: Saatnya Tampil Pemimpin Yang Amanah dan Buang Komunisme serta Tinggalkan Demokrasi”. Multaqo dihadiri oleh para perwakilan ulama berbagai daerah di Jawa Barat.
“Sudah secara resmi pada 20 Oktober 2024 telah terjadi suksesi kepemimpinan di negeri ini, tetapi kepemimpinan nasional seringkali lahir tanpa mampu menghantarkan manusia pada tujuan penciptaan, yaitu sebagai abdullah dan khalifah, melainkan mereka menjadi para jongos yang memberikan karpet merah kepada para penjajah” demikianlah kutipan pada kalam minal Ulama yang pertama dari Kiyai Dr Hakim Abdurrahman, Ulama Aswaja Jawa Barat.
Menurut Ajengan Agus Al Fath dari Priangan Timur, orang-orang yang mengatakan Khilafah a-historis dan menyebutnya sebagai ancaman sebagai orang-orang yang tidak tahu berterima kasih kepada jasa Ulama terdahulu yang menyebarkan Islam hingga ke bumi Nusantara.
“Berbeda dengan Barat yang menjajah negeri ini, justru Khilafah menyebarkan dakwah” tandasnya.
Di saat yang sama, negeri dengan mayoritas umat Islam ini masih menjalankan sistem yang tidak menerapkan syariat Islam.
Menurut Ajengan Wahid, Ulama Aswaja Kabupaten Bandung, kondisi semacam ini seperti hidup bukan pada habitatnya.
“Makanya, kita harus sadar, bahwa saat ini kita dipaksa dengan diterapkannya sistem kapitalisme. Para ulama harus mengingatkan masyarakat agar kembali kepada syariat Islam” Tuturnya.
Sistem yang buruk menyebabkan para pemimpin berprilaku buruk dalam menjalankan amanah kepemimpinan. Bahkan mendapatkannya dengan cara yang batil serta menolak syariah Islam.
Kyai Fahmi Anjantani, Ulama Aswaja asal Cirebon menggambarkan kondisi yang bersebrangan dengan sikap Sahabat dalam menerima amanah kepemimpinan.
“Rasul SAW mengingatkan bahwa yang namanya kepemimpinan di Yaumil Qiyamah kelak adalah kehinaan. Kecuali orang-orang yang mendapatkannya dengan cara yang benar dan digunakan sebaik-baiknya.” Tegasnya.
Habib Umar al-Faruq, Ulama Aswaja asal Kabupaten Bandung, menuturkan bahwa keadaan demikian menimbulkan dampak berupa ketidakterjagaan atas nyawa, harta, kemuliaan, dan jiwa.
“Dalam sebuah hadits, barangsiapa a’immah-a’immah (imam/pemimpin) kalian tidak berhukum dengan Allah SWT, maka Allah SWT akan mengirim al-ba’ats yakni kemiskinan, kebodohan, bencana, dan berbagai kemaksiatan lainnya.” Tandasnya.
Ajengan Asep Suwendi, Ulama Aswaja Bandung Barat, turut mendoakan kepada para pemimpin agar Allah SWT memberikan hidayah kepada mereka sehingga dapat membukakan mata hatinya dan terdorong untuk menerapkan syariah-Nya.
“Kalaulah kita tidak bisa menyamai kualifikasi Rasul, Sahabat setidaknya ikutilah jalan Rasulullah SAW! Mudah-mudahan para pemimpin diberikan hidayah untuk menerapkan Islam dan terwujud seorang khalifah”, harapnya.
“Sungguh kepemimpinan adalah amanah sedangkan pemerintahan baru tidak dapat diharapkan untuk menjalankan amanah tersebut ketika sistem yang diterapkan masih demokrasi-kapitalis atau sosialisme-komunis. Padahal, ruh negeri ini adalah Islam, terbukti dengan kesultanan-kesultanan yang eksis di nusantara saat itu. Oleh karena itu, sangat tidak beradab jika solusi Khilafah Islamiyyah ditolak. Saatnya menyambut seruan Allah SWT agar kebahagiaan dunia dan akhirat dapat dirasakan”
Menutup kegiatan Multaqo Ulama Aswaja Jawa Barat ini, Ajengan Budi Saifullah, Ulama Aswaja Jawa Barat, menegaskan pentingnya kesadaran umat Islam mengenai kepemimpinan yang berlangsung di negeri ini sebagai sebuah amanah yang diberikan Allah SWT.