Kota Bogor, (shautululama) – Ahad, 21 Safar 1446 H/ 25 Agustus 2024, ulama aswaja kota Bogor kembali menggelar Multaqo Ulama Aswaja dengan tajuk Penyegaran Makna Kemerdekaan dari Seremoni Menuju Kemerdekaan Hakiki, Merdeka dari Penjajahan Demokrasi-Kapitalisme dan Komunisme.
Multaqo kali ini, Kyai Anas Nasrullah sebagai shohibul hajah menyampaikan multaqo ini sebagai bentuk ihtimam ulama terhadap umat dan kecintaan ulama terhadap negeri ini. Secara sadar dan penuh tanggung jawab kita rasakan perlu adanya perubahan menuju perbaikan.
Beliau menyampaikan bahwa setiap Agustus bangsa ini merayakan kemerdekaan, dan kegiatan seremoni meriah di berbagai daerah. Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi umat, dimana kesejahteraan rakyat jauh panggang dari api, hukum, keamanan, budaya dan politik serta kebijakan penguasa yang yang justru membuat rakyat semakin sengsara dan menderita.
Problematika negeri ini menunjukkan bahwa negeri ini secara sadar atau pun tidak berada dalam penjajahan sistematis melalui demokrasi-kapitalisme dan komunisme. Maka wajib umat merdeka dari semua sistem buatan manusia, karena hanya dengan menyembah Allah SWT sajalah manusia menjadi merdeka sepenuhnya.
Negeri ini memiliki potensi besar untuk menjadi negeri yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur. Di dalamnya ada kesejahteraan bagi rakyatnya, karena secara sumber daya alam, sumber daya manusia, dan geopolitik memungkinkan akan hal tersebut.
Kyai Suhadi, menyampaikan makna hakiki dari merdeka, dalam Islam adalah hanya menghamba kepada Allah SWT dan terbebas dari penghambaan kepada makhluk.
Kyai Badru menegaskan sudah saatnya umat Islam menyadari untuk meninggalkan perayaan yang sifatnya seremonial menuju kepada kemerdekaan yang hakiki.
Kyai Muhibudin kemudian menjelaskan cara dan jalan menuju kemerdekaan hakiki itu seperti apa dan bagaimana umat. Wabil khusus ulama bertugas menyadarkan umat agar kemerdekaan hakiki bisa terwujud.
Kyai Anwar Iman, menyampaikan kontroversi terkait pelarangan jilbab bagi Paskibraka walau, semua itu menunjukkan adanya sikap anti Islam. Sebuah sikap yang merupakan warisan penjajah, ajaran demokrasi-kapitalisme dan komunisme untuk menjauhkan umat dari Islam.
Kyai Arif B Iskandar, menegaskan merdeka itu terbebas dari cengkeraman demokrasi- kapitalisme dan komunisme. Ini merupakan ummul jaroim, kejahatan yang paling besar, sekaligus biang penjajahan pada masa kini.
Kyai Umar Siddik kembali mengingatkan bahwa Khilafah adalah ajaran Islam, warisan Rasulullah saw, sekaligus bisyaroh nubuwwahnya, dan Allah SWT telah menjanjikan bagi siapa saja beriman dan bertaqwa.
Kyai Ahmad Nur Hidayatullah menyampaikan kalam terkait potensi negeri ini menjadi daulatul ula fil alam dengan potensi sda, sdm dan geopolitik yang ada.
Acara multaqo kali ini ditutup dengan penyampaian seruan ulama oleh Kyai Faturahman sekaligus menutup dengan doa.
ANH.