Surabaya, (Shautululama) – Sistem demokrasi rapuh dalam menjaga kedaulatan negara terbukti dengan kebijakan mengimpor banyak dokter dari luar negeri, otomatis keuntungan dan dana lari keluar negeri. Semua itu mengikuti arahan maupun tekanan dari luar negeri, termasuk kebocoran data nasional, otomatis negara tersandra dan terancam.
Rahasia negara –berupa data nasional bocor dan jatuh ke tangan asing penjajah. Sungguh, demokrasi telah menjadikan Indonesia semakin tidak berdaulat dan berada dalam kendali asing penjajah.
Oleh karena itu, para Ulama, Kyai, Asatidz dan Mubaligh berkumpul bersama mengadakan Multaqa Ulama Aswaja Surabaya, Ahad 28 Juli 2024, dengan tema ” Impor Ribuan Dokter LN Dan Kebocoran Data Nasional Adalah Ancaman Kedaulatan, Masihkah Demokrasi Bisa Bertahan?”
Agenda ini untuk memberikan pemahaman dan penyadaran pada umat dan penguasa bahwa tugas negara adalah bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum antara lain melalui kebijakan yang mengutamakan melindungi dan melayani rakyatnya.
Acara dipandu oleh Kyai Suhail Karim (Da’i Indonesia), dengan tenang dan bersahaja beliau memandu jalannya acara.
Shabibul hajat, Ust. Ahmad Musyaffak (Pengasuh Ponpes Al Fath), menyampaikan memang tidak dipungkiri bahwa ketersediaan dokter dalam negeri belum memenuhi kebutuhan. Menurut WHO bahwa satu dokter mengampu seribu penduduk, Jumlah penduduk Indonesia 2024 adalah 281.603.800 jiwa jadi dibutuhkan dokter sekitar 281.604, menurut data pemerintah dokter yang ada sekitar 170 ribu dokter.
Dengan kondisi semacam itu, apakah solusinya mendatangkan dokter asing. Tidakkah tidak ada cara lain? Mendidik kader anak bangsa terbaik dengan bea siswa oleh negara, dokter-dokter dikuliahkan gratis oleh negara untuk mengambil spesialis kedokteran.
Multaqa Ulama Surabaya diisi dengan pemaparan materi oleh para alim ulama Surabaya terkait dengan tema di atas secara bergantian.
