Madura, jatim (shautululama) —“Kita di majelis ini dibukakan oleh Allah berupa cakrawala pikiran untuk melihat mana kebenaran dan mana kebatilan. Sekarang banyak orang sekarang tidak bisa menjangkau secara maksimal, sehingga gambang dibohongi dan diperalat,”ujar Kyai Abdul Aziz pada Ahad (25/8/2024).
Kyai Aziz hadir bersama ulama Aswaja lainnya pada Multaqa “Demokrasi Rusak Parah, Mengikuti Partai Oportunis Ataukah Jamaah Ulama? Menuju Islam Kaffah Dan Khilafah”.
Beliau menjelaskan di akhir periode demokrasi ini mudah-mudahan Allah tumbangkan. Demokrasi beraliran madzhab machiavelli. Pandangan yang menilai kekuasaan yang harus diraih. Setelah mendapatkan kekuasaan maka dinikmati dan dipertahankan.
“Demokrasi itu aslinya penjajahan. Karena sebagai aplikasi dari ideologi kapitalisme. Alhasil yang dijajah menjadi tertipu bahkan senang dan bangga terjajah,”ungkapnya.
Ustadz Slamet Sugianto menjelaskan secara terang berkaitan kondisi politik yang rezim dan sistem yang rusak merusak.
“Maksudnya rezim dan sistem yang diterapkan Presiden Joko Widodo. Luar biasa sekali masalah kebijakan dan manuver yang dilakukannya,”ungkapnya.
Kondisi politik yang terjadi saat ini bukan hanya persoalan rezim, tapi juga sistem. Keberadaan MA, MK, DPR, KPU yang dianggap sebagai pilar penopang demokrasi sesungguhnya terjadi kerusakan.
“Karenanya implementasi demokrasi kapitalis sekuler radikal menunjukkan siapa yang sesungguhnya paling berkhianat di negeri ini. Masih ingat ketua BPIP kemarin-kemarin menyatakan agama adalah musuh negara. Ayat suci di bawah ayat konstitusi, serta melarang jilbab,”bebernya.
“Mestinya kajian-kajian yang dilakukan oleh parpol dan ormas membedah kriteria jamaah yang dikehendaki Allah. Sebagaimana QS Ali Imran 104. Kemudian belajar kepada yang sudah berhidmat kepada urusan umat ini,”pungkasnya.
Sambung KH Asrori Muzakki. Beliau membeberkan gambaran dari Rasulullah terkait akan datang suatu masa di mana para penguasa seperti singa, para pembantunya seperti serigala, para hakimnya seperti anjing, dan rakyatnya seperti kambing.
“Bagaimana kambing bisa hidup di tengah-tengah singa, serigala, dan ajing. Lama-lama mati,”ujarnya.
Rusaknya sistem dan penguasa tidak terjadi begitu saja. Ini semua terjadi peranan semunya, termasuk alim ulama mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
“Tidak akan terjadi kerusakan rakyat, kecuali kerusakan penguasa. Tidak terjadi kerusakan penguasa, kecuali kerusakan alim ulamanya,”tambahnya.
“Ulama bertanggung jawab karena selama ini hanya dijadikan objek perpolitikan para politikus Machiavellis,”bebernya.
Pesan penting Kyai Asrori kepada orang-orang beriman untuk menunjukan loyalitas kepada Allah dengan Laailaha Illallah. Hanya kepada Allah yang bisa memerdekakan negeri ini dari penjajahan asing.
Kesadaran ulama dalam amar ma’ruf nahi munkar pada Multaqa Ulama Aswaja Jawa Timur semoga menjadi momen perubahan. Sesungguhnya kenikmatan itu ketika umat hidup dalam naungan Islam.[hn]