
Surabaya, (shautululama) —Suasana cukup meriah ketika KH Abdul Hamid bertanya kepada peserta berkaitan kesiapan kenaikan PPN 12%. “Siap kira-kira dengan pajak 12% itu menjadikan rakyat tambah sengsara atau tambah Bahagia?”
Seketika peserta Multaqo Ulama Jawa Timur, Ahad (5/1/2024),” Kado Tahun Baru, Kenaikan PPN 12%, Berkah Atau Musibah. Bagaimana Dalam Islam?” menjawab serentak. Berlanjut pertanyaan, “tambah kaya atau tambah melaratat? Tambah senang apa tambah susah? Tambah sumpek apa tambah longgar? Tambah zalim atau jadi adil? Diikuti pekikak takbir peserta.
Kyai Hamid mengingatkan jika melakukan perubahan terkait kebijakan jangan ngawur. Kekhawatirannya kesasar. Keluar dari mulut buaya masuk ke dalam mulut singa. Sudah banyak aspirasi rakyat yang didzalimi oleh penguasa dengan pungutan pajak.
“Saya ingin sampaikan dua hal kepada penjenengan. Pertama kira-kira panjenengan siap enggak nanti pada saat ditanya oleh Allah SWT di alam kubur yang di antaranya mengatakan Siapa Tuhan kalian? Bisakah menjawab Allah Tuhan kami. Kalau bisa Alhamdulillah jika tidak bisa maka ini adalah merupakan kecelakaan besar bagi para hukam,”ujarnya.
“Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsunya menghukum tidak sesuai dengan Hukum Allah. Menghukum sesuai dengan hawa nafsunya. Menghukum dengan sesuai dengan siapa yang bayar lebih banyak sehingga ketidakadilan di mana-mana. Sehingga kezaliman di mana-mana sehingga kesengsaraan ada di mana-mana sehingga berbagai macam persoalan sosial ada di mana-mana,”tambahnya.
Lanjut, Kyai Hamid menjelaskan tepatlah kalau Allah menyampaikan di dalam Alquran surah kerusakan di darat dan juga di laut akibat dari perbuatan-perbuatan manusia. Berbeda dengan penguasa yang adil taat pada Allah dengan menjalankan seluruh hukum-hukum-Nya. Serta yang adil terhadap rakyatnya tidak membebankan rakyat. Kelak di surga nanti mendapatkan mimbar yang terbuat dari cahaya.
Pada kesempatan yang sama, Kyai Abdul Azis memberikan nasihat di forum yang penuh berkah. Sesi terakhir beliau mengajak segenap umat dan terutama ulama ini simpul-simpulnya umat para ulama dan para asatid.
“Mari kita melihat jalan terang ke depan bahwa satu-satunya solusi untuk problem yang sangat ruwet. Tidak ada pakar ekonomi yang bisa menyelesaikan. Ya tidak ada ahli politik atau pakar tata negara yang menyelesaikan . Mari kita kembali kepada sunah Rasulullah Muhammad SAW,”ajaknya.
Mengikuti rasulullah dan sahabat, maka tidak ada lain kepemimpinan yang harus dipilih adalah dengan ganti sistem. Khususnya dengan sistem adil warisan Rasulullah Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin.
“Hukum memilih pemimpin adalah wajib, tapi tidak akan terwujud kewajiban itu kecuali dalam sistem Khilafah. Jangan teruskan membangun system demokrasi. Sudah jelas kita dipalak dan sebagainya kita diajak pada kesesatan. Mari kita kembali dengan dakwah dengan pencerahan,”ajaknya.
“Semangat tetap dijaga sampai betul-betul Allah menurunkan pertolongannya buat kita semua. Takbir Allahu akbar!”pesannya.