Gresik, Jatim (shautululama) – Karut marut sistem ekonomi dan sistem pendidikan di negeri ini menjadi tpoik dalam Gelaran Multaqo Ulama Aswaja Gresik Kasepuhan. Rencana pemberlakuan Tapera dan penerapan Kurikulum yang dikhawatirkan bisa memicu pada tindak asusila (Cabul) dan Kekerasan sebagai Bukti Nyata Kedzaliman dan Penghancuran Moral ala Demokrasi. Acara ini disiarkan secara Live streaming di Channel Youtube Dakwah Giri, pada Jumat (28/6/2024) malam.
Sebagaimana tagline Educating (Mencerdaskan) dan Enlightening (Mencerahkan), channel Dakwah Giri senantiasa menampilkan dan menayangkan berbagai kajian islam yang menjadi solusi atas segala permasalahan dan problematika yang terjadi di negeri ini, baik sosial, ekonomi, pendidikan, politik, budaya dan sebagainya.
Dibuka oleh ustad Ahmad Syaikhu lalu dilanjutkan dengan pembacaan kalam ilahi yang dilantunkan oleh ustad Muhammad Idris menambah khidmat dan insyaallah membuka keberkahan, rahmat dan hidayah Allah Swt.
Kyai Adam Cholil selaku Shohibul hajjah menyampaikan terimakasih atas kehadiran dan permohonan maaf atas kekurangan dalam melayani para ulama dan para muhibin yang hadir. Serta tak lupa menyampaikan terima kasih kepada para pemirsa yang senantiasa setia menyaksikan tayangan-tayangan di channel dakwah giri.
“Kebijakan dan aturan yang menyengsarakan rakyat kian ugal-ugalan”, terang Kyai adam. Kemudian Kyai Adam menuturkan persoalan kapitalisasi di bidang pendidikan baik persoalan pembiayaannya berakibat banyaknya mahasiswa yang terjerat pinjol untuk membayar UKT, ataupun kurikulumnya dikhawatirkan membuka lebar-lebar tindak asusila dan kekerasan atau bullying.
Melanjutkan taujihnya, Kyai Adam memaparkan kebobrokan di bidang ekonomi. Pemerintah telah melakukan pemalakan secara membabi buta, berbagi iuran dan pungutan seperti, BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, PPN 11%, PPh, BPHTB, PBB, PKB, dan sebagainya. Seakan belum puas dengan kesengsaraan rakyatnya Pemerintah akan memberlakukan TAPERA kepada semua tenaga kerja baik di instansi pemerintah ataupun swasta sebesar 3 %.
“Hal ini tentu tidak boleh kita diamkan, harus ada yang berani menyampaikan kritik dan koreksi sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan kepada negeri ini. Dan itu menjadi tugas dan kewajiban para ulama, karena ulama itu tidak hanya sekedar mengurus shalat, tidak hanya mengurus soal apakah umat itu sudah bisa wudhu atau tidak, tetapi ulama itu mempunyai kewajiban yang agung”. Tegas Kyai adam
Beliau juga menjelaskan ulama juga memiliki tanggung jawab bagaimana kehidupan umat itu. apakah mereka itu sudah berakhlak mulia, apakah mereka itu sudah sejahtera. apakah mereka itu jauh dari berbagai kemaksiatan?
Kemudian beliau menyampaikan bahwa ulama itu harus menjadi garda terdepan ketika rakyat mengalami penindasan oleh penguasa. Karena hal itu adalah kebiasaan atau warisan yang diturunkan secara turun-temurun dari para nabi para rasul.
”Tidak ada satu nabi pun yang diutus oleh Allah yang ketika umatnya itu mengalami penindasan kemudian dia berdiam diri. tidak ada nabi dan rasul yang ketika umat mengalami kezaliman dari penguasa kemudian dia bilang yang penting kita salat saja, yang penting kita sholawat saja, yang penting kita dzikir saja. Tetapi para nabi dan rasul itu berdiri di hadapan penguasa meskipun di antara mereka itu ada yang harus disiksa bahkan dibunuh sekalipun”. Tegas Kyai Adam
Kyai adam kemudian menukil surat ali imron
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ” (QS. Ali Imran : 104)