NewsKhilafah Ajaran AswajaKhilafah Bisyaroh RasulullahKhilafah Janji AllahMultaqa Ulama Aswaja Manhaji

Multaqa Ulama Aswaja Garut Jabar, Saatnya Tinggalkan Demokrasi, Terapkan Islam Kaffah Demi Marwah Negeri

Garut, Jabar (shautululama) – Pada bulan Ramadhan yang mulia ini telah berlangsung Multaqo Ulama Aswaja Kabupaten Garut, Sabtu (30/03) yang dihadiri lebih dari 30 Tokoh, Asatidz, dan Ajengan dari berbagai kecamatan di kabupaten Garut. Acara Multaqo ini bertajuk “Ramadhan dan Perubahan Islami; Terapkan Islam Kaffah untuk mengembalikan kebesaran Negeri”.

Acara ini dibuka oleh Ajengan Syahid al-Ghifari selaku Rais Multaqa, dan dilanjutkan pembacaan ayat suci al Al-Quran oleh Ustadz Abdul Wahab al-Hafidz. Setelah itu dilanjut penyampaian sambutan oleh Ajengan Dindin Sholahuddin selaku Shahibul Hajat dan Ketua Pelaksana Acara Multaqo Ulama Aswaja Garut.

Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terimakasih kepada peserta yang telah hadir memenuhi undangan, juga beliau menjelaskan tujuan dari dilaksanakannya acara tersebut adalah untuk menegaskan visi perjuangan para ulama dan tokoh umat. Ulama sebagai warosatul Anbiya wal Mursalin, sekaligus ‘Uyun al-Ummah, harus memberikan contoh dan suri tauladan yang benar dan mengajarkan umat untuk tetap berjuang agar menggapai tujuan Ramadhan ini dengan penuh keberkahan. Karena Kaum muslimin, sepanjang sejarahnya di negeri ini telah berjasa besar untuk menjaga keutuhan dan persatuan, melawan dan mengusir penjajah. Islam anti penjajah dan penjajahan. Serta beliau menambahkan Islam telah memberikan solusi kebaikan yang dibawa oleh Sayyidinal Mustofa Muhammad Saw, yang diteruskan oleh para sahabatnya dan diteruskan oleh kaum muslimin selama berabad-abad.

Selanjutnya para Ulama yang hadir bergantian menyampaikan Kalam min al-Ulama, yang pertama disampaikan oleh Ust. Kholid Dilwara Perwakilan Ulama Cikajang beliau memaparkan “keberkahan Ramadhan akan diraih manakala Ramadhan dijadikan sebagai bulan perjuangan oleh umat Islam. Sejarah membuktikan, peristiwa yang terjadi di bulan Ramadhan dari generasi pendahulu kita dihiasi berbagai pertolongan Allah yang menggambarkan kemenangan Islam”, jelasnya.

Ustadz Muhammad Muslih sebagai perwakilan Ulama Bayongbong menjelaskan kondisi Ramadhan kita masih diwarnai kebrutalan Zionis Yahudi di Gaza khususnya. Padahal mayoritas umat pasti paham dalam pandangan Islam kondisi ini adalah bentuk kedzaliman yang tidak boleh terus dibiarkan, dan penyebab terus berlangsungnya pembantaian kaum muslimin karena tidak adanya persatuan kaum muslimin. Maka beliau menyerukan “Solusi terbaik yang seharusnya diberikan adalah umat saatnya bersatu (its time to be one ummah). Melalui momentum ini kami mengajak para alim ulama untuk membangkitkan diri kita, membangkitkan umat untuk bersama-sama mewujudkan kehidupan islam dengan tegaknya syariat secara kaffah dalam naungan khilafah”, lanjutnya.

Kalam Ulama yang ketiga disampaikan oleh Ajengan Herlan Efendi perwakilan Ulama Samarang. Beliau menyoroti kecurangan dalam demokrasi adalah bukti kerusakan sistem ini dan bisa menimbulkan kerusakan bagi karakter bangsa ini. Beliau berpesan “Ulama harus mampu mensikapi dan melawan hal ini, membongkar kerusakannya di tengah umat. Dan kita punya kewajiban menjaga kondisi agar umat bersatu dan berubah dengan perubahan yang hakiki.”

Selanjutnya Kalam Ulama yang ke empat disampaikan oleh Ust. M. Muslih dari Tarogong. Beliau menjelaskan perihal kenaikan harga bahan- bahan pokok merupakan kedzaliman dan bukti kesekian kali kegagalan rezim. “Kenaikan berbagai kebutuhan pokok terutama beras membuat semakin berat kehidupan dan menimbulkan kesengsaraan. Inilah efek nyata yang dirasakan oleh umat, sebagai Ulama dan tokoh kita tidak boleh bersikap diam. Kenaikan kebutuhan bahan pokok bukti nyata kebobrokan sistem Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini.” paparnya.

Kalam ulama yang kelima disampaikan oleh Ajengan Rizki Rizal Da’I muda dari Karangpawitan, beliau menjelaskan bahwa Islam Anti Penjajahan dan Penjajah. “Islam anti imprerialisme baik asing maupun aseng; Penjajah merusak attitude kolektif bangsa Indonesia. Contoh realnya adalah kebohongan, kecurangan dan pencitraan begitu dominan bahkan seakan menjadi “trade merk” bangsa kita. Maka kita harus lawan penjajah dan kembalikan jati diri bangsa dengan attitude kolektifnya. Karena penjajah asing-aseng dan antek-anteknya sumber kenestapaan negeri kita tercinta Indonesia. Dan hanya dengan Islam kaffah dan khilafah, kita bisa menghentikan dan menenggelamkan penjajahan asing dan aseng serta antek-anteknya.” Serunya.

Selanjutnya Kalam ulama yang keenam disampaikan oleh Ustadz Maman Abdullah selaku pengasuh salah satu Pondok Pesantren di Garut yang menyampaikan “Sebagai wujud kecintaan atas Negeri ini, Ulama warasatul Anbiya wal Mursalin wajib menjadi pendorong untuk perubahan yang hakiki, yakni dengan Islam Kaffah. Khilafah adalah ajaran Islam, bagian yang tidak terpisahkan dari Islam, bagian yang tidak terpisahkan dari negeri kita. Kembali kepada Islam adalah bukti kecintaan kita kepada Indonesia, ada dua alasan kuat yang tidak bisa dibantah, pertama secara historis ada akar sejarah bahwa umat Islamlah yang menjaga dan berkontribusi atas keutuhan negeri ini. Dan kedua secara kajian fakta, hanya Islam yang akan mammpu mengembalikan kebesaran negeri ini, ditengah tumpul dan tidak berdayanya system lain menjawab berbagai problem bangsa ini.” pungkas Ustadz Maman di akhir penyampaiannya.

Kalam ulama yang ketujuh disampaikan oleh Ajengn Deden Syihabudin dari Cigedug, beliau memaparkan maraknya Islamophobia dan sikap Anti Islam. “Padahal sejatinya anti Ajaran Islam dan memusuhinya, merupakan karakter dari penjajah dan bisa menimbulkan disintegrasi. Karena Mayoritas penduduk negeri ini adalah umat Islam maka Islamophobia akan berbahaya dan bisa menimbulkan disintegrasi. Dan tanpa sadar pelakunya bisa jadi adalah antek penjajah yang tidak ingin umat bersatu baik asing maupun aseng. Kami ingatkan, jangan macam-macam dengan umat Islam.” tuturnya.

Kalam ulama yang terakhir disampaikan oleh Ajengan Suwar Abu Zulfan perwakilan Ulama Cilawu, beliau menyampaikan tentang tata dunia baru dan masa depan Islam dengan Khilafah Islamiyah. “Negeri ini memiliki potensi besar menjadi daulatul ula fil alam. Jika ajaran Islam yang kaffah dengan penegakkan khilafah yang merupakan ajaran Ahlus sunnah waljamaah, warisan Rasulullah, Janji Allah Dan Bisyarah Rasulullah SAW diwujudkan di negeri ini. Karena hanya syariah kaffah dalam daulah khilafahlah solusi tuntas berbagai masalah menuju negara yang mensejahterakan dan diridahi Allah SWT.”

Acara Multaqo Ulama ASWAJA berlangsung dengan lancar dan khidmat. Pada akhir sesi disampaikan seruan kalam ulama oleh Ustadz Abu Hilman dan diakhiri dengan pembacaan do’a oleh KH. Tatang Jalaludin dan diaamiinkan oleh para peserta Multaqo Ulama Aswaja kabupaten Garut. [Dins]

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button