Khilafah Ajaran AswajaKhilafah Bisyaroh RasulullahKhilafah Janji AllahMultaqa Ulama Aswaja Manhaji

Highlight Multaqa Ulama Aswaja Regional Jatim-Jateng-DIY Prihatin Dengan Sikap Abai Pemerintah Terhadap Kedaulatan Negeri

Solo, Jateng (shautululama) – Ahad, 28 Juli 2024, mulai jam 08.00 -11.00 Multaqo’ Ulama’ Aswaja Regional Jatim, Jateng, DIY digelar. Multaqo ini dihadiri lebih dari 200 Ulama’, Kyai, & Asatidz. Multaqo mengambil tema: *”Impor Ribuan Dokter Luar Negeri & Kebocoran Data Nasional Adalah Ancaman Kedaulatan, Masihkah Demokrasi Bisa Bertahan?”*

Dibuka oleh shohibul bait, KH. Ahmad Faiz. Beliau menyampaikan “Tema ini sangat penting untuk disampaikan dan dibahas para ulama & asatidz agar ummat paham bahwa Islamlah satu-satunya solusi yang baik dan benar untuk mengatasi berbagai problem kehidupan. Termasuk problem layanan kesehatan dan problem pencurian data rahasia negara oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Selanjutnya shohibul hajah, Ust Abdullah IAR menyampaikan bahwa rencana impor dokter asing ini semakin menunjukkan bobroknya demokrasi, dimana kepentingan para kapitalislah yang selalu dikedepankan, bukan kepentingan rakyat banyak. Ini tentu sangat berbeda dengan sistem Islam. Yang mana layanan kesehatan diberikan oleh negara kepada rakyat tanpa diskriminasi. Orang kaya, miskin, penduduk kota atau pun desa terpencil mendapatkan layanan yang sama. Karena itu saatnya ummat Islam membuang sistem batil dan rusak, yakni demokrasi. Dan kembali kepada sistem Islam.

Selanjutnya KH. Thoha Cholili Ulama kharismatik dari Bangkalan Madura menyampaikan bahwa kedatangan pada acara multaqo adalah dalam rangka menunjukkan kepedulian Beliau terhadap urusan umat. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW: *”Barangsiapa tidak memikirkan urusan kaum muslimin maka ia bukan golongan dari mereka”* . Umat Islam wajib menyiapkan diri untuk menghadapi kekuatan kaum kafirin, dalam segala aspeknya, agar ummat Islam bisa terbebas dari belenggu penjajahan mereka”

Berikut nya Kyai Utsman Zahid, ulama Aswaja Jateng menyampaikan “Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW menjelaskan tentang sejarah umat terdahulu. Saat para Nabi dan Rasul menyampaikan dakwah, banyak para pembesar, orang-orang kaya yang hidup bergelimang kemewahan, yang menolak kebenaran , memusuhi dakwah yang dilakukan oleh para Nabi. Sejarah semacam itu akan selalu berulang. Karena itu para ulama’ dan asatidz harus selalu sabar dan istiqamah mendakwahkan Islam, hingga syariah dan khilafah kembali tegak di muka bumi ini”.

Selanjutnya KH. Asrori Ulama Aswaja Jatim menyampaikan pentingnya ummat Islam memahami arah perubahan yang jelas. Perubahan yang benar itu bukan hanya suksesi kepemimpinan dalam sistem demokrasi. Perubahan yang benar itu tatkala umat paham kerusakan demokrasi lalu meninggalkannya, dan paham sistem pengganti demokrasi, yakni khilafah Islamiyah dan ummat siap berjuang menegaknya. Perubahan semacam itu dibutuhkan adanya parpol Islam ideologis yang mengawalnya. Dan Hizbut Tahrir adalah satu-satunya partai yang memiliki konsep dan metode yang jelas, diemban oleh orang-orang yang ikhlas dan diikat dengan ikatan ukhuwah Islam, yang siap mengantarkan umat menuju arah perubahan yang jelas, tegaknya sistem Islam, khilafah Islamiyah.

Kyai Mustaqim Ulama Aswaja dari Yogyakarta menegaskan bahwa saat umat Islam menggunakan aturan kehidupan dari Barat, maka ummat ini akan kehilangan kemandirian dan kedaulatan mereka. Impor tenaga medis ini hanya salah satunya. Ini sangat berbeda ketika ummat mau kembali kepada Islam dalam segala aspek kehidupan. Maka semua sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di negeri kaum muslimin, akan mampu diberdayakan untuk kemakmuran, kesejahteraan dan kemandirian umat ini.

Multaqo’ ditutup dengan kesimpulan kajian yang disampaikan oleh KH. Ainul Yaqin ulama Aswaja dari Jateng menyatakan bahwa impor dokter asing dan bocornya data negara adalah bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara. kita tidak bisa lagi berharap kepada demokrasi. Karena itu para ulama wajib secara serius memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah. Berdiam dari kewajiban tersebut adalah dosa besar.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button